Lebih dari 10 dokter mengakui telah mengatakan kebohongan kepada pasiennya dalam 12 bulan terakhir. Namun, dokter perempuan tampak lebih jujur dibandingkan dengan dokter pria. Demikian hasil temuan terbaru yang dipublikasikan dalam journal Health Affairs.
Survei yang dilakukan di Amerika menemukan bahwa lebih dari setengah dokter membuat kebohongan. Lisa Lezzoni dan rekannya mewawancarai 1.891 dokter dari seluruh negara bagian di Amerika di sepanjang tahun 2009 mengenai seberapa jujurkah mereka terhadap pasiennya tentang kesalahan medis dan diagnosis penyakit pada pasien.
Ditemukan bahwa sekitar 34 persen dari mereka tidak merasa harus menginformasikan kepada pasien mengenai kesalahan medis serius. Dan hanya dua pertiga dokter yang setuju jika mereka harus mengatakan hal sejujurnya saat mereka melakukan kesalahan medis serius kepada pasiennya.
Temuan lain dalam survei ini juga menunjukkan, satu dari lima dokter tidak mengungkapkan kesalahan medis karena takut gugatan malpraktik (pidana) atau penuntutan administratif.
Selain itu, survei ini juga menemukan kurang dari setengah jumlah dokter di survei ini yang mau berbagi keuntungan penjualan obat dengan perusahaan farmasi. Selain itu, 55 persen dokter mengatakan akan melaporkan hasil diagnosis pasiennya tanpa menjelaskan mengenai kondisinya sekarang.
"Terkadang, ketidakjujuran malah memberi harapan bagi pasien," papar Dr Lisa Iezzoni, profesor di Harvard Medical School, dilansir Geniusbeauty (30/4).
Jadi mengapa para dokter berbohong? Para dokter tidak bisa mengatakan 100 persen kebenaran karena beberapa alasan, seperti karena takut atau merasa gagal (karena mereka juga manusia biasa), kesulitan mendiagnosa penyakit dengan benar dan bahkan ada yang hanya mengejar tujuan materi saja.
"Tidak diketahui alasan yang tepat mengapa hal ini terjadi, tetapi hal ini bisa menjadi peringatan bagi pasien agar lebih berhati-hati memilih dokter dan pergilah ke dokter yang memang benar-benar Anda percayai," tambahnya.
0 comments