Seorang pilot dan petugas ATC mengeluhkan bocornya frekuensi saluran komunikasi antara pilot dan petugas komunikasi. Saat terbang, mereka bisa mendengar siaran radio dangdut atau komunikasi lewat handphoneyang semestinya tak boleh terjadi.
Pilot senior Garuda Indonesia, Capt. Adrian Jeffery Asmara bahkan menyatakan masuk area udara Indonesia bagai neraka bagi pilot asing. Ia kemudian menunjukkan bagaimana percakapan antara pilot dengan ATC yang sering terganggu oleh suara-suara musik atau bahkan percakapan orang.
"Masuknya suara-suara berisik salah. Kami juga terganggu. Frekuensi salah, selama perjalanan bahkan mendengar percakapan orang, kemudian terdengar musik lagi. Kami, pilot Indonesia saja terganggu, bagaimana pilot luar tidak maki-maki," ujarnya dalam suatu wawancara dengan tvOne.
Jeffrey menjelaskan, frekuensi bisa bocor karena banyak pemancar radio yang lebih memilih menguatkan sinyal, dibanding menambah stasiun pemancar. Sebaliknya, ATC pada umumnya hanya memiliki tiga frekuensi back-up. Hal ini menyebabkan pilot kerap mendapati “blank spot”.
Gangguan sinyal telepon seluler dinilai Jeffrey tak seberapa dibandingkan kebocoran frekuensi. Menurutnya, sinyal telepon seluler memang kadang mengganggu sistem kemudi. Tapi, kata dia, sejak awal pilot sudah dididik untuk tidak terpengaruh gangguan semacam itu.
“Bagi kami, kondisi seekstrim sekalipun, tanpa instrumen yang membantu, kami harus tetap mengendalikan pesawat. Kami tidak boleh terpengaruh pada sinyal handphone yang menyala,” kata dia
0 comments