Publik di Jerman pada September 2011 dikejutkan oleh kemunculan bocah misterius bernama Ray, yang mengaku tinggal sebatang kara di hutan Berlin selama lima tahun. Percaya kisahnya yang fantastis, pemerintah Jerman kemudian membiayai hidup Ray selama sembilan bulan di Berlin, dengan total biaya diperkirakan mencapai 16 ribu pound sterling (Rp235 juta).
Setelah foto Ray dirilis, jati diri sebenarnya si 'Anak Hutan' ini terungkap. Ray ternyata adalah Robin van Helsum, seorang pemuda Belanda berusia 20 tahun yang kabur ke Jerman. Jerman pun geram dan berencana menuntut Van Helsum untuk mengembalikan seluruh biaya yang mereka keluarkan untuknya.
"Kami akan melayangkan gugatan atas tuduhan penipuan untuk kepentingan sendiri terhadap Van Helsum. Kami ingin uang kami kembali," kata Ed Koch, juru bicara Kantor Distrik Kesejahteraan Pemuda, diberitakan Daily Mail Kamis 21 Juni 2012.
Adalah seorang teman sekolah Van Helsum dari kota Hengelo, Belanda, yang menelepon pihak berwenang Jerman dan memberitahukan identitasnya. Ibu tiri Van Helsum yang mengenali wajah putranya turut mengkonfirmasi hal ini.
"Dia pergi karena punya banyak masalah pribadi di Belanda, juga karena ingin memulai hidup baru," kata teman-temannya. Dilansir MSNBC, selain tidak akur dengan ayah kandung dan ibu tirinya, Van Helsum juga bermasalah dengan pacarnya yang hamil.
Dari situ terungkap bahwa pemuda yang ulang tahun April lalu telah berjalan-jalan di Berlin selama beberapa hari sebelum akhirnya muncul sebagai Ray.
Bukan ini saja masalah yang akan dihadapi Van Helsum. Sikapnya yang tidak mengucapkan terima kasih atas kenyamanan, tdrmasuk uang saku sebesar 20 poundsterling (Rp3 juta) per bulan, yang diterimanya di Berlin membuat Layanan Masyarakat Jerman geram. Bahkan, dia juga tidak meminta maaf atas kehebohan yang disebabkan bualannya.
"Kasus 'Anak Hutan' ini membuat kami frustasi karena waktu kami jadi tersita habis," keluh juru bicara kepolisian Jerman, Michael Maass. "Ini bukan lelucon karena cerita karangannya menipu kami semua. Dia harus membayar untuk semua itu!"
Van Helsum terakhir kali terlihat di Hengelo pada 2 September 2011 sebelum pergi ke Berlin bersama seorang teman. Beberapa hari kemudian, dia muncul dengan identitas Ray, bocah 17 tahun yang hidup di hutan.
Kala itu Ray, atau Van Helsum, mengatakan dirinya sebatang kara setelah ayahnya meninggal dan dikubur di hutan. Polisi kesulitan menelusuri identitasnya karena Ray yang bahasa Inggrisnya cukup lancar ini tidak memiliki aksen daerah yang dapat menunjukkan asalnya. Selain itu, Ray juga mengklaim tidak ingat asal-usulnya.
Polisi sebenarnya agak curiga dengan kenyataan bahwa Ray dengan sangat cepat beradaptasi dengan teknologi terkini, seperti ponsel dan komputer, meskipun lama tinggal di hutan. Sambil menelusuri identitasnya, Layanan Masyarakat Jerman memutuskan memberi Ray tempat tinggal, kursus bahasa Jerman, dan berbagai fasilitas lainnya selama hampir setahun.
0 comments