Empat anak purnawirawan polisi, Peltu Sahirun dalam kondisi lumpuh. Sehari-hari aktivitas mereka terbatas di dalam rumahnya yang sederhana di Desa Kedungweringin, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah.
Meski bergantung pada orang lain, mereka tak patah semangat. Anak kedua, Amin Muntoha (35), setiap hari membuat kerajinan wayang dari kardus bekas. Caranya, ia membuat pola dari cetakan wayang di atas kardus, lalu digunting. Wayang kardus itu lantas dijepit dengan bambu. Bentuknya sangat sederhana tanpa hiasan apapun.
"Ini dijual di SD, hasilnya ada meski sedikit," kata dia saat ditemui di kediamannya, Kamis 21 Juni 2012.
Amin berangan-angan suatu saat nanti ia bisa membuka warung di rumahnya. Untuk aktivitas dan memenuhi kebutuhan keluarga. "Saya nggak mau terus bergantung pada orang lain. Kalau ada yang memberi pelatihan, saya siap untuk belajar."
Tiga saudari perempuannya -- Musiaroh, Musinah, dan Riyatin -- yang juga lumpuh juga tak mau kalah. Untuk mengisi waktu dan mengusir jenuh mereka membuat sulaman atau kruistik. Hasilnya bisa dijual meski tak maksimal.
Sebagai satu-satunya yang menikmati kursi roda, Amin juga berharap ia bisa mengumpulkan uang untuk membeli 3 kursi roda lagi untuk saudari-saudarinya. "Tapi untuk kebutuhan sehari-hari saja tak cukup," kata dia.
Amin mengaku ia berniat menjual rumah bantuan dari Polda Jawa Tengah. "Tapi saat lapor ke Polsek, lalu Polres dilarang. Kami diberi bantuan agar tak jadi menjual rumah ini," kata dia.
Entah apa sebenarnya yang membuat keempat bersaudara ini lumpuh. Namun derita mereka diawali tahun 2005 lalu. Kala itu, ayahnya yang tak punya cukup uang memutuskan tinggal di bekas kandang babi.
Lalu, satu per satu anak mereka sakit dan mengalami kelumpuhan. Sementara, Kiswanto (30), anak yang dititipkan ke orang lain, selamat. Kini ia yang merawat keempat saudaranya itu, setelah sang ibu meninggal dunia bulan lalu.
0 comments