Banyak penyakit yang mengancam kehidupan manusia seperti penyakit jantung, kanker sampai penyakit menular seksual. Penyakit tersebut juga dapat mengancam kehidupan hewan, karena ternyata hewan juga dapat menderita penyakit yang sama dengan manusia.
Natterson-Horowitz, seorang ahli jantung UCLA berkonsultasi dengan pengelola kebun binatang di Los Angeles untuk membantu mengobati penyakit yang ditemukan pada hewan. Hasil konsultasi tersebut cukup mengejutkan karena ternyata banyak kesamaan antara kesehatan manusia dan hewan.
Tidak seperti pasien manusia, binatang tidak bisa menggambarkan gejala yang dialami kepada dokter yang menanganinya. Sehingga para dokter hewan harus menjadi pengamat yang tajam.
Natterson-Horowitz kemudian menuliskan hasil temuannya ke dalam sebuah buku berjudul 'Zoobiquity: What Animals Can Teach Us about Health and the Science of Healing' setelah 6 tahun melakukan observasi.
Berikut adalah 7 penyakit manusia yang juga ditemukan pada hewan, seperti dilansir dari abcnews, Rabu (13/6/2012) antara lain:
1. Penyakit jantung
Salah satu pengalaman pertama Natterson-Horowitz adalah menangani singa betina yang telah didiagnosis dengan kondisi memiliki cairan di dalam kantung di sekitar jantung. Kondisi ini sangata berpotensi terhadap risiko kematian.
"Para dokter hewan membuat diagnosis ini melalui observasi yang cermat terhadap posisi tubuh, laju pernapasan, pola makan dan diagnosa penyakit jantung yang diderita singa tersebut benar" kata Natterson-Horowitz.
Dalam bukunya, Natterson-Horowitz mencatat bahwa hewan dapat mengalami serangan jantung dan juga merasa takut mati. Penyebab utama kematian pada manusia, yaitu serangan jantung mendadak juga dapat diderita oleh hewan.
2. Kanker Payudara
Menurut Natterson-Horowitz, beberapa jenis kanker payudara telah ditemukan di sejumlah mamalia, diantaranya jaguar, harimau, singa laut, kanguru dan paus. Satu-satunya kelompok mamalia yang jarang menderita kanker payudara adalah sapi perah dan kambing.
3. Kanker Kulit
Dr. Curtis Eng, kepala dokter hewan di kebun binatang Los Angeles menyatakan bahwa salah satu badak di kebun binatang itu didiagnosa menderita karsinoma sel skuamosa, jenis umum kanker kulit, pada tanduknya. Badak tersebut bahkan menjalani operasi untuk menghapusnya dan sekarang bebas dari kanker.
4. Kanker tulang (Osteosarcoma)
Osteosarcoma, adalah jenis umum kanker tulang yang telah ditemukan dalam tulang serigala, beruang, unta, beruang kutub, beberapa reptil, ikan dan burung.
5. Obesitas dan Diabetes
Hewan di kebun binatang tidak hanya dapat menderita obesitas, tetapi juga diabetes karena sebagian besar hewan di kebun binatang makan makanan yang telah dimodifikasi secara genetik untuk konsumsi manusia.
"Sebagai contoh, pisang yang diberikan untuk makanan monyet di kebun binatang, sangat berbeda dari pisang ditemukan di alam liar dan ini dapat mempengaruhi pola makan binatang," kata Dr. Curtis Eng, kepala dokter hewan di kebun binatang Los Angeles.
Pisang tersebut secara genetik dirancang untuk menjadi lebih beraroma dan mungkin memiliki lebih banyak kalori daripada pisang yang Anda temukan di alam liar.
6. Penyakit Menular Seksual (PMS)
"Lumba-lumba bisa menderita kutil kelamin, babon bisa menderita herpes, dan penyakit sifilis merajalela di antara kelinci. Satwa liar tidak mempraktekkan seks aman, tentu saja akan menderita PMS" kata Natterson-Horowitz.
Bahkan, epidemi Chlamydia penyebab PMS telah menghancurkan populasi koala di Australia. Para ahli Biologi di Australia bekerja untuk menemukan vaksin untuk mengatasi penyebaran Chlamydia pada koala.
7. Disfungsi Ereksi
Masalah ini tidak hanya terjadi pada manusia saja, tetapi kuda juga dapat mengalami disfungsi ereksi. Tetapi tidak ada viagra yang sesuai untuk hewan, sehingga dokter hewan mengambil pendekatan yang lebih holistik.
Melalui penelitiannya, Natterson-Horowitz mengatakan kuda jantan tidak hanya dapat menderita disfungsi ereksi, tetapi juga dapat menderita disfungsi seksual jika dibiakkan terlalu muda atau trauma pada pengalaman seksual pertama dengan kuda betina.
"Bagaimana anak kuda dibesarkan dan bagaimana diperkenalkan dengan seksualitas bisa memiliki dampak di kemudian hari," kata Natterson-Horowitz.
0 comments