Indonesia kaya akan sumber daya alam, baik berupa bahan tambang maupun keanekaragaman hayati. Maka tak salah jika pengobatan tradisional menggunakan ramuan tanaman atau disebut jamu telah dipercaya sekian lama untuk mengatasi berbagai keluhan penyakit. Potensi ini masih melimpah, namun masih sedikit yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sendiri.
Salah satunya adalah pengembangan produk jamu yang dirasa kurang optimal. Dibandingkan Cina yang potensi hayatinya tidak seberapa, produk-produk jamu buatan tanah Tiongkok sudah berekspansi ke manca negara. Padahal Indonesia juga banyak mengekspor bahan baku tanaman obat ke sana, salah satunya temulawak.
"Ada 40.000 spesies tanaman di dunia. 30.000 spesies di antaranya ada di Indonesia, tapi hanya 300 spesies saja yang dimanfaatkan untuk Industri," kata Drs Tepy Usia, Apt., M.Phil., Ph.D dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam acara Gathering Media menenai Inovasi Industri Jamu di Indonesia yang diselenggarakan PT. Sinde Budi Sentosa di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (12/6/2012).
Dr Tepy menuturkan, Indonesia memiliki keragaman hayati atau biodiversity terbesar nomor 2 di dunia setelah Brazil. Tapi sampai saat masih ini kurang tergali dengan baik.
Pendapat ini diamini oleh Charles Saerang, ketua Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (GPJI). Menurut Charles, berlimpahnya produk tanaman yang berpotensi ini membuat masyarakat dan pelaku industri bingung untuk memilih.
"Saat ini, kami baru berfokus pada 5 produk tanaman utama. Yaitu temulawak, jahe, pegagan, sambiloto dan kencur. Paling banyak adalah temulawak karena semua pabrik pasti pakai. Bahkan 80% produk temulawak dipakai di industri jamu," kata Charles.
Tak hanya bingung memilih bahan, di tataran pengambil kebijakan pun juga bingung menentukan langkah. Menurut Charles, ada 20 kementrian yang terlibat dan berupaya mengelola produk jamu. Tapi bukannya bersinergi, jadinya malah pelaku industri dan pemerintah bingung harus mulai dari mana.
Di pasar lokal sendiri, industri jamu cukup bertaring. Menurut Charles, ada sekitar 1030 perusahaan jamu di Indonesia. Sekitar 93% di antaranya adalah perusahaan lokal. Belum lagi digabung dengan penjual jamu gendong yang jumlahnya sekitar 300.000-an.
"Penting bagi pelaku industri jamu untuk dapat memenuhi ekspektasi pasar domestik dan pasar internasional, sehingga jamu menjadi produk kesehatan berkualitas yang dapat dikonsumsi masyarakat luas," pungkas Charles.
0 comments