Tempe dan tahu akan hilang dari peredaran. Jakarta, Jawa Barat dan sejumlah daerah di Indonesia. Itu terjadi karena perajin tahu dan tempe berencana melakukan aksi mogok memproduksi makanan berbahan dasar kedelai itu selama tiga hari berturut-turut, 25-27 Juli 2012.
Ketua Pusat Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) Jabar, Asep Nurdin, mengatakan, aksi mogok sudah menjadi kesepakatan nasional. Tidak hanya Jabar, sejumlah daerah seperti DKI Jakarta, Jateng, DI Yogyakarta, Jatim, Banten, Lampung, dan Sumatra Selatan juga akan ikut mogoj produksi tempe dan tahu.
Aksi mogok ini, kata Asep, dilakukan sebagai protes atas mahalnya harga kedelai. Di tingkat eceran di Kota Bandung, Senin (23/7), harga kedelai sudah mencapai Rp 8.000 per kilogram, padahal biasanya berkisar Rp 5.500-5.600 per kilogram.
Selain protes terhadap mahalnya harga kedelai, kata Asep, perajin tahu dan tempe meminta pemerintah mengambil langkah atas gejolak harga kedelai. Menurut dia, pemerintah harus mengambil alih tata niaga kedelai, agar tidak dikuasai pasar.
"Saat ini tata niaga kedelai diserahkan ke pasar sehingga terjadi gejolak harga," ujar Asep saat ditemui Tribun di Kantor Kopti, Jalan Babakan Ciparay, Kota Bandung, Senin (23/7).
Asep mengatakan, kenaikan harga kedelai sudah terjadi sejak lima bulan lalu. Kenaikan tidak menentu, terkadang dua sampai tiga kali sebulan, tapi kenaikan berkisar Rp 50-Rp 300 per sekali naik.
Harga kedelai saat ini, menurut Asep, sudah tidak bisa ditolerir lagi. Kenaikannya sudah luar biasa, bahkan sepekan kemarin harga kedelai naik dua kali dalam sehari.
"Sepekan kemarin harga pagi dan sore sudah beda," katanya.
Dia memprediksi harga kedelai akan terus naik sampai akhir Ramadan. Di tingkat importir bisa mencapai Rp 8.000 per kilogram, dan di tingkat pengecer Rp 9.500 per kilogram.
"Di Amerika sedang dilanda panas terus-menerus sehingga terjadi kekeringan pada tanaman kedelai. Produksi pun menjadi turun dan harga jual jadi mahal," kata Asep. Kedelai yang diimpor ke Indonesia berasal dari Amerika.
Berdasarkan catatan Puskopti Jabar, ada 7.400 perajin tahu dan tempe di Jabar. Rata-rata setiap perajin memproduksi tahu dan tempe di bawah 5 kuintal.
Meski harga kedelai sudah naik dalam lima bulan terakhir, harga tahu dan tempe di Kota Bandung tidak ikut naik. Perajin tetap mempertahankan harga seperti biasa, mengingat daya beli masyarakat yang rendah.
Perajin juga punya cara untuk menyiasati mahalnya harga kedelai, yakni mengurangi ukuran tahu dan tempe menjadi lebih kecil. "Ukuran diperkecil tapi harga tetap," kata perajin tahu Cibuntu, Waway (48), saat ditemui Tribun di rumah produksinya, kemarin.
Selain itu, kata Waway, ia mengaku mengurangi produksi tahu sejak April. Biasanya memproduksi 44 kilogram kedelai per hari, kini hanya 40 kilogram per hari.
Asep Nurdin memprediksi harga tahu dan tempe akan mengalami kenaikan pascaaksi mogok 25-27 Juli.
Harga diperkirakan naik pada kisaran 25 persen. "Misalnya harga satu lonjor tahu tadinya Rp 2.000, nanti bisa jadi Rp 2.500," katanya.
Asep berharap dengan adanya aksi mogok perajin tahu dan tempe, pemerintah mau mengambil langkah nyata soal tata niaga kedelai. Jika tidak, perajin tahu dan tempe akan melakukan aksi lebih besar berupa unjuk rasa ke presiden.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, kenaikan harga kedelai terjadi karena Cina mengimpor dalam jumlah besar. Terhadap kenaikan harga itu, Hatta pun meminta Menteri Pertanian Suswono dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan untuk mengendalikannya.
"Kedelai di dunia memang meningkat, harga-harga meningkat. Dan kita melihat memang kecenderungan meningkat itu karena Cina juga mengimpor dalam jumlah yang besar, menyerap pasar dunia," kata Hatta di Kantor Menko Perekonomian, kemarin.
Hatta meminta agar jangan sampai ada spekulan yang memanfaatkan kondisi ini. "Untuk menaikkan harga itu, ya, itu kasihan dong para perajin tahu tempe kita," ujarnya.
0 comments