Amerika mulai menghukum James Eagan Holmes. Di meja hijau, pihak berwenang ingin menghukum dia seberat-beratnya, dan bisa jadi vonis mati. Di sisi lain, publik dan media massa di AS bertekad tidak akan menyebut nama Holmes dalam percakapan sehari-hari. Itu semacam hukuman sosial bahwa identitas si pembunuh itu tidak pantas dikenang.
Pada Senin pagi waktu Colorado, AS, lelaki 24 tahun itu menjalani sidang awal atas perbuatan laknat membantai orang-orang tak bersalah di gedung bioskop di Kota Aurora Jumat dini hari 20 Juli 2012. Keceriaan para korban saat menonton tayangan perdana sekuel terbaru film "Batman: The Dark Knight Rises" berubah menjadi teriakan panik saat seorang pemuda memuntahkan peluru membabibuta. Sedikitnya 12 orang tewas dan 58 lainnya luka-luka - termasuk tiga WNI yang tinggal di Kota Aurora.
Tidak seperti kasus penembakan brutal lainnya, Holmes tak memilih bunuh diri. Dia sengaja menyerahkan diri ke polisi begitu aksi brutalnya selesai. Tampaknya si penjagal itu ingin mendapat perhatian banyak kalangan.
Memang, aksi pembantaian di Bioskop Kota Aurora itu lalu menjadi tragedi nasional. Presiden Barack Obama, yang tengah sibuk menghadapi Pemilu, menyempatkan diri menemui para korban luka, dan berupaya menguatkan hati kerabat mereka yang tewas.
Sejumlah veteran perang dan seorang bocah berusia 6 tahun turut menjadi korban. Tim sukses Obama dan juga penantangnya dari partai Republik, Mitt Romney, sepakat menghentikan dulu kegiatan kampanye untuk sementara waktu, dan mencabut iklan-iklan kampanye masing-masing di negara bagian Colorado.
Holmes pun tampak ingin publisitas. Itulah sebabnya, saat beraksi, mahasiswa S-3 ilmu saraf itu mencat rambutnya dengan warna oranye. Tampaknya dia ingin menyamakan diri dengan dandanan ala Joker, tokoh super jahat dan gila di film Batman. Itulah sebabnya kalangan media massa ada yang menyebut dia sebagai "Joker."
Menurut kantor berita Reuters, tersangka pembunuh itu masih dibiarkan berambut merah acak-acakan saat tampil untuk kali pertama di depan hakim pengadilan distrik/kabupaten Arapahoe di Kota Centennial, Colorado.
Berjalan dengan kedua kaki dan tangan diborgol, dia tampak terhuyung-huyung. Lalu, selama persidangan, dia seperti orang linglung. Pandangan matanya nanar, sesekali ia memejamkan mata seperti orang kurang tidur. Air mukanya datar, seperti tanpa emosi. Pandangannya tetap ke depan.
Di sisi kiri ruang sidang, sekitar 40 kerabat para korban menyaksikannya. Seorang dari mereka bahkan tidak sedetik pun melepas pandangan ke arah si "Joker."
"Saya melihat si pengecut itu di pengadilan hari ini. Alex bisa saja menghajar dia tanpa berkeringat," kata Tom Teves kepada stasiun berita BBC. Dia sengaja datang untuk menyaksikan seperti apa orang yang telah membunuh anaknya, Alex.
Di sidang itu, Hakim William Sylvester sempat mengajukan sebuah pertanyaan kepada terdakwa. Dia tetap bergeming, karena tahu penasihat hukumnya yang bakal menjawab pertanyaan dari hakim.
Publik dan polisi melihat Holmes sebagai penjahat maut. Para polisi pun nyaris celaka saat akan menggerebek apartemennya. Setelah diteliti, dia memasang perangkap bom di sekitar flatnya, karena tahu pasti tempat bakal disatroni penegak hukum. Itu sebabnya polisi sangat hati-hati saat menyerbu kediaman Holmes.
Dalam sidang awal itu, pengadilan tak buru-buru menjatuhkan dakwaan. Jaksa Penuntut Umum, Carol Chambers, menyatakan perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan para korban luka maupun dengan kerabat dari korban tewas. Maka, hakim memutuskan sidang akan berlanjut lagi pada Senin pekan depan, 30 Juli 2012. Sidang itu kemungkinan akan menjatuhkan tuduhan resmi kepada terdakwa.
Chambers dikenal sebagai jaksa yang tak segan-segan menjatuhkan tuntutan hukuman mati. Dia telah menjatuhkan tuntutan hukuman mati atas dua dari tiga terdakwa di pengadilan atas kasus-kasus yang berbeda.
Sidang tahap awal akan mengarahkan Holmes untuk menghadapi sedikitnya 12 tuduhan atas kasus pembunuhan tingkat pertama. Dia bisa saja mendapat tuduhan tambahan atas aksi brutalnya itu.
Menurut mantan jaksa Kota Denver, Craig Silverman, ulah Holmes itu sudah memenuhi beberapa tuntutan yang pantas diganjar hukuman mati sesuai dengan hukum di Colorado - diantaranya pembunuhan terencana, pembunuhan atas banyak korban, membunuh seorang anak, dan lain-lain. "Bila James Holmes tidak dieksekusi (mati), sama saja dengan anggapan Colorado menghapus undang-undang hukuman mati," kata Silverman.
Jangankan anggota keluarga dari mereka yang meninggal, kerabat dari saksi yang selamat dari penembakan pun ingin Holmes dihukum mati. "Dia harus dieksekusi," kata David Sanchez seperti dikutip stasiun berita BBC. Putri Sanchez lolos dari amukan si penembak. Namun, Sanchez pantas geram lantaran putrinya yang berusia 21 tahun itu sedang hamil tua.
Hukuman sosial
Di dalam ruang pengadilan, Holmes terancam mendapat hukuman mati. Namun, publik juga punya hukuman tersendiri atas Holmes. Mereka tidak ingin mengenangnya dengan menyebut-nyebut nama James Eagan Holmes.
Itu sudah terjadi di kalangan penduduk di Kota Aurora. Gubernur Colorado pun, John Hickenlooper, tidak sudi menyinggungnya. "Saya menolak menyebut namanya. Di rumah, kami sekeluarga hanya menganggapnya sebagai Tersangka A," kata Hickenlooper, seperti dikutip Reuters.
Walau gencar berhari-hari memberitakan tragedi ini, kalangan media massa di AS juga bersikap sama. "Saya sebisa mungkin tidak akan mau menyebut nama pelaku penembakan itu. Ini hanya akan membuat dia menjadi terkenal, lebih terkenal dari para korban yang dia habisi," kata presenter kondang stasiun berita CNN, Anderson Cooper, saat memberi pelaporan terkini di Aurora.
Obama pun setuju dengan permintaan beberapa kerabat korban agar jangan singgung nama Holmes untuk mengurangi publisitas atas dirinya. Ini dikonfirmasi oleh juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, seperti dikutip Politico.
"Meski pelaku perbuatan jahat itu telah menerima banyak perhatian dalam dua hari terakhir, perhatian itu akan memudar," kata Obama setelah bertemu secara pribadi dengan para korban luka maupun kerabat korban yang tewas dari penembakan itu.
0 comments